Watanuki Kimihiro tidak bisa dibilang mengawali hari dengan baik setiap paginya. Bukan karena ia malas atau semacamnya, melainkan karena setiap pagi dia harus main kucing-kucingan dengan segala macam roh dan hal-hal yang semacam itu, tanpa ia ketahui pasti penyebabnya. Nasibnya berubah ketika suatu pagi ia menyentuh pagar sebuah rumah. Semua jejadian yang menguntitnya mendadak lenyap. Penasaran,
Watanuki mengintip ke dalam, kemudian, seolah ditarik kekuatan tak terlihat, ia terseret masuk ke dalam bangunan di dalam pagar itu. Dua anak kecil menyambut kemudian mengantarnya ke hadapan orang yang mereka sebut majikan, seorang wanita cantik berambut hitam. Watanuki mengatakan hanya kebetulan saja dia datang di sana, yang langsung ditanggapi oleh wanita itu bahwa semua yang ada di dunia ini telah digariskan. Tidak ada yang namanya kebetulan. Watanuki tentu saja tidak langsung paham maksud wanita itu. Wanita itu kemudian mendefinisikan apa itu makna ‘telah digariskan’ dengan amat gamblang, kemudian mengakhiri penjelasannya dengan mengatakan semua itu dikutipnya dari kamus Kodansha. Kontan saja Watanuki mengomel tak karuan karena menganggap wanita itu membodohinya. Mengacuhkan kemarahan Watanuki, tanpa diminta wanita itu memperkenalkan diri sebagai Ichihara Yūko, tapi menambahkan bahwa itu adalah nama palsu, membuat Watanuki semakin kesal.
Setelah segala sumpah serapah dikeluarkan, Yūko akhirnya memberitahu Watanuki bahwa tempat mereka berada saat ini adalah ‘Toko’ kepunyaan Yūko. ‘Toko’ yang akan mengabulkan semua permohonan orang yang datang ke sana, tetapi memerlukan ‘harga’ yang sesuai dengan permohonan itu. ‘Harga’ yang dimaksud Yūko tidak terbatas pada uang atau materi. Bisa juga ‘jiwa’ si pemohon. Tapi ‘jiwa’ yang dimaksud Yūko bukanlah nyawa melainkan ‘sesuatu’ yang berharga bagi pemiliknya. Setelah menunjukkan kekuatannya, Yūko menawarkan diri untuk membantu Watanuki menghilangkan bakat melihat makhluk-makhluk yang disebutnya dengan Ayakashi, tetapi karena bakat itu ternyata berakar sangat dalam dalam darah keluarga Watanuki, Yūko tak bisa melakukannya saat itu juga. Ia kemudian memutuskan, ‘harga’ yang seimbang dengan penghilangan bakat itu adalah kerja di ‘toko’nya. Itu berarti, beres-beres, belanja, memasak dan segala pekerjaan rumah tangga lainnya. Watanuki pun menyetujuinya.
Hari-hari pertama kerja Watanuki sudah dihiasi dengan kasus yang tidak menyenangkan. Seorang wanita yang mendatangi ‘toko’ tewas di depan matanya karena tertabrak mobil. Menurut Yūko, memang tidak selamanya barang yang ada di ‘toko’nya itu membawa kebahagiaan. Walau tidak bisa melupakannya begitu saja, Watanuki belajar menerima kenyataan itu. Pekerjaan Watanuki tidak terbatas membersihkan ‘toko’ dan melayani Yūko saja. Kadang-kadang ia juga harus menghadapi Ayakashi mulai dari yang bersahabat sampai yang mengincar jiwanya. Dan, tidak terkecuali, manusia dengan keiinginan yang sangat kuat, sehingga kadang malah menghancurkan diri sendiri. Hari-hari perjuangan Watanuki untuk bisa bebas tampaknya masih jauh dari akhir.
Rabu, 27 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar