Bagaimanakah alur kerja alias proses pembuatan sebuah komik? Pertama-tama yang harus dimiliki adalah naskah sebuah komik. Kalau yang ingin dibuat adalah komik sederhana atau strip, kita dapat membuat naskah sekehendak kita sendiri. Tetapi, bagi para perusahaan komik profesional, mereka harus
mengadakan rapat terlebih dahulu. Penulis dan editor bertemu buat membicarakan cerita yang akan dibuat. Setelah mendapat ide, mereka menulis plot, mengadakan rapat, dan merumuskan inti cerita. Semua ini buat bekal penetapan garis besar cerita yang akan disodorkan pada ilustrator. Kadang pekerjaan menulis dan membuat ilustrasi dirangkap oleh satu orang. Cara ini dianggap lebih memudahkan kerja. Tapi banyak yang sebaliknya. Penulis hanya membuat plot cerita. Lantas ada penulis lain yang melengkapinya. Sehingga, cerita dapat dibuat lebih rinci. Nah, setelah mempunyai naskah, penggambar atau pembuat sket menggambar sekaligus membuat keputusan, berapa besar ukuran kotak dalam setiap halaman. Kan dalam satu halaman akan banyak adegannya. Lantas, iajuga menentukan, dari sudut pandang mana gambar itu akan dilihat. la harus bisa menerjemahkan naskah ke dalam bahasa gambar. Gambar-gambar menentukan jalan cerita, penampilan komik itu, sekaligus mempengaruhi daya jual komik itu. Hasil gambarnya akan dievaluasi oleh ilustrator dan redaktur naskah yang lain. Rancangan itu dinilai dari segi gambar dan penerjemahan alur cerita. Kalau dianggap baik, barulah dilanjutkan dengan langkah berikutnya. Gambar yang masih pakai pensil tadi dikembalikan ke penulis. Penulis akan memasukkan dialog-dialog dan juga keterangan. Bahkan efek suara dan menggambarkan panel tempat menuliskan kata-kata tersebut. Halaman yang sudah diberi kata-kata lalu diberikan kepada peninta (pemberi tinta). Pemberi tinta ini bisa saja orang yang sama dengan penggambar. Karena itu, pembaca komik yang sudah bangkotan akan bisa membedakan, apakah sebuah komik itu dikerjakan oteh satu kru atau tidak. Hanya dengan memperhatikan gambar dan tulisannya. Halaman yang sudah ditinta, setelah mendapat persetujuan dari editor, lantas difoto copy. Lalu disesuaikan besarnya dengan ukuran komik yang akan dibuat. Meski komik Jepang kebanyakan tidak berwarna hal itu tidak akan mengurangi nilai seni dan jual.
Sabtu, 14 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar