Dalam salah satu seminar Kritis! media untuk anak (Kidia) mengungkapkan bahwa saat ini tontonan animasi yang tayang di Indonesia termasuk dalam daftar yang mengkhawatirkan. Dari 110 macam acara untuk anak yang ada saat ini 84 tayangannya berlabel “bahaya”
Dan parahnya lagi label itu diarahkan kepada kartun dan komik terbitan Jepang. Alasannya begini,
saat pertama kali dibuat kartun memang ditujukan kepada anak-anak namun pada perkembangannya seiring kemajuan teknologi maka berkembang pula segmentasi pembacanya. Perkembangan itu selain pada segi gambar juga pada ceritanya yang mulai mengandung unsur-unsur yang bersifat eksplisit.
Hmmmmmm……..eksplisit? Eksplisit adalah unsur-unsur yang terkandung yang secara tidak langsung, gampangnya begini. Kebanyakan komik Jepang mengandung nilai pendidikan dan berpikir kritis namun kita harus benar-benar pay attention for that. Ambil contoh One Piece, bagi yang hanya sekedar nonton itu hanya komik bajak laut, trus ceweknya seksi-seksi………soo dimana nilai pendidikannya? pendidikan sex-kah? tentunya bukan……….Tapi bagi sebagian mangaka (pencinta komik jepang) tentunya One Piece memberikan pendidikan tentang menghargai teman, menghargai persahabatan, menghargai kehidupan, tolong menolong, dan tentunya semangat pantang menyerah. Darimana nilai itu bisa muncul, nilai itu memang ada karena nilai itu tidak secara langsung terlihat……..inilah yang dimaksud eksplisit dalam konteks ini.
Konteks ini sayangnya tidak diberlakukan kepada komik-komik Marvel dan DC yang notabene komik Amerika. Alasannya adalah mereka menampilkan pesan yang dibawa komik itu secara implisit…what the heck is that. Ya iyalah secara komik Amerika menyebarkan doktrin bahwa mereka itu super power, kalau secara implisit tentunya pesan mereka g akan kesampaian………mungkin lho
Nah, dalam seminar itu disimpulkan bahwa semua acara anime harus ada rating yang jelas. Selain itu penerbit komik seperti elexmedia, m&c, seventh heaven, dan yang lainnya harus menyertakan ratingnya, mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa secara umumnya. Sayangnya kebanyakan orang Indonesia kurang memperhatikan rating dan asal beli. Dan parahnya lagi penjual ditoko buku juga g ada perhatian yang penting laku. Dalam kasus ini masyarakat yang paling peduli dengan hal tersebut adalah Jepang sono.
Jadi karena hal tersebut maka janganlah malu untuk menonton anime atau baca komik karena komik dan anime tidak identik dengan anak-anak karena komik dan anime jaman sekarang sudah menyesuaikan jenjang pembacanya
Selasa, 10 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar